BERITA RAKYAT ACEH | Banda Aceh – Sebanyak 84 petani kelapa sawit dari Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Timur mengikuti Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit yang diselenggarakan pada 21–25 Juli 2025 di Ayani Hotel Banda Aceh.
Pelatihan ini adalah bagian dari Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit 2025, hasil kolaborasi antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), dan IPB Training. Kegiatan ini melibatkan petani dari tiga angkatan, yakni Angkatan V, VI, dan XV, yang terdiri
dari 57 petani dari Aceh Tamiang dan 27 petani dari Aceh Timur.
Tujuan utama pelatihan adalah untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan petani dalam mengelola budidaya kelapa sawit secara produktif, berkelanjutan, dan sesuai dengan standar mutu nasional.
Acara ini turut dihadiri oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh: Dr. Zulfadli, SP, MP, Ketua Tim Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pelatihan BPPSDMP Kementerian Pertanian: Dr. M. Apuk Ismane dan Ketua Tim Kerja Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Direktorat Jenderal Perkebunan: Tulus Tri Margono. SP., MP
Kehadiran berbagai pihak terkait dalam acara ini mencerminkan dukungan penuh terhadap pengembangan sumber daya manusia di sektor perkebunan kelapa sawit, khususnya di Provinsi Aceh.
Selain itu, lima trainer profesional dari IPB Training turut memimpin sesi materi
mengenai pengelolaan kelapa sawit kepada peserta. Dr. Ir. Hariyadi, M.S., dari IPB Training menegaskan pentingnya pemahaman menyeluruh dalam tahapan budidaya sawit. Mulai dari persiapan lahan, pemilihan dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga pengendalian organisme pengganggu tanaman.
“Ada tiga kunci sukses dalam budidaya kelapa sawit, yakni pemilihan lokasi yang tepat, penggunaan bahan tanam unggul, dan pengelolaan serta pemeliharaan yang baik. Jika ketiganya dilakukan dengan benar, hasil optimal bisa dicapai,” tegas Dr. Hariyadi di hadapan peserta pelatihan.
Ia berharap para peserta dapat langsung menerapkan ilmu yang diperoleh di lapangan. Senada dengan itu, Dr. M. Apuk Ismane menambahkan bahwa peran lembaga swasta melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan sangat strategis dalam menyiapkan SDM pertanian yang kompeten dan mendukung agenda Kementerian Pertanian 2025–2029.
Sementara itu, Tulus Tri Margono, S.P., M.P. menyoroti pentingnya pelatihan ini bagi petani
rakyat. Ia menyampaikan bahwa lebih dari 42% kebun sawit di Indonesia merupakan milik
petani rakyat, dengan produktivitas yang masih tergolong rendah, hanya sekitar 3 ton/ha pertahun. Padahal, potensi hasil bisa ditingkatkan hingga 5–6 ton/ha per tahun. Menurutnya, kendala utama yang dihadapi antara lain keterbatasan sarana prasarana, benih yang tidak sesuai, dan praktik pemupukan yang belum optimal.
Kelapa sawit menjadi komoditas unggulan Aceh, dengan luas lahan mencapai 230.000 hektar yang menjadi sumber devisa utama. Dr. Zulfadli, S.P., M.P. menegaskan pentingnya pelatihan sebagai langkah awal sebelum memulai budidaya. “Jika salah satu aspek budidaya terlewat atau dilakukan tidak tepat, dampaknya bisa sangat besar. Oleh karena itu, pelatihan seperti ini sangat penting agar petani memahami dan mampu menerapkan praktik terbaik di lapangan,” ujarnya.
Tak hanya teori dan simulasi di kelas, peserta juga mengikuti kegiatan kunjungan lapang yang dilaksanakan pada hari Kamis (24/07/2025) di PT Agro Sinergi Nusantara. Di sana, peserta mengamati langsung praktik budidaya kelapa sawit di tiga lokasi: area pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman menghasilkan. Kegiatan ini memberikan wawasan praktis yang memperkuat pemahaman peserta terhadap teori yang telah diberikan.
Selain itu peserta ada kegiatan kunjungan lapangan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para peserta untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih luas dan spesifik lagi mengenai dunia industri PKS, dan agar dapat bermanfaat bagi diri, dan kemajuan Sawit Indonesia.
Kegiatan diawali dengan pembukaan dan pemodan kunjungan lapangan oleh Bapak Zuhri Pradana selaku Manajer Kebun Tanoh Makmue Seujahtera. Lokasi pertama, peserta diajak untuk mengunjungi kebun tanaman menghasilkan. Peserta diperlihatkan teknis panen yang baik dan efektif, OPT yang menyerang di kebun TM dan cara penangan pasca buah telah dipanen, interval dan angka kerapatan panen. Peserta juga melakukan identifikasi tanaman yang ada di kebun secara berkelompok.
Lokasi selanjutnya peserta diajak untuk mengunjungi kebun pembibitan. Disana peserta diajak untuk mengamati beberapa contoh bibit yang tidak bagus dan berdiskusi penyebabnya, seleksi bibit dan cara transplanting Peserta juga antusias bertanya bagaimana cara mengidentifikasi bibit yang bersertifikasi dan belum tersertifikasi.
Secara keseluruhan kegiatan kunjungan lapangan ini disambut antusias peserta, yang tampak aktif bertanya dan berdiskusi dengan tim praktisi. Para peserta mendapatkan wawasan langsung mengenai teknik panen yang efektif, pemilihan bibit unggul, dan pengelolaan kebun berkelanjutan.
Salah satu peserta, Kamisan, petani asal Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang,
mengungkapkan bahwa pelatihan ini menjadi pengalaman pertamanya dalam mengikuti
kegiatan yang disusun secara ilmiah dan sistematis.
“Sudah 15 tahun saya berkebun, tapi baru sekarang mendapatkan pelatihan seperti ini. Selama ini kami hanya menanam berdasarkan kebiasaan, tanpa ilmu dan ukuran yang pasti,’ ujarnya.
Bahkan jarak tanam pun tidak beraturan, kadang 8×8 meter. Dari pelatihan ini, saya baru tahu standar tanam ideal menggunakan pola mata lima dengan ukuran 9×9 meter,” ujarnya.
Selama mengikuti pelatihan, ia mulai memahami pentingnya penggunaan bibit unggul, teknik pemeliharaan tanaman, dan waktu pemupukan yang tepat. “Alhamdulillah, pelatihan ini membuka wawasan kami,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh Sufrio, perwakilan kelompok petani dari Aceh Timur. Ia
mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan ini dan berharap kegiatan serupa dapat dilanjutkan secara berkelanjutan. “Program ini sangat bermanfaat. Kami jadi tahu bagaimana menjadi petani sawit yang berkelanjutan. Mudah-mudahan tahun depan bisa ada lagi,” ungkapnya.
Semua disampaikan secara terstruktur oleh tim IPB Training. Pelatihan ini menunjukkan bahwa pendampingan teknis kepada petani, terutama untuk komoditas strategis seperti kelapa sawit, masih sangat dibutuhkan demi meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tani rakyat di Aceh.
Pelatihan ini menjadi bagian dari komitmen BPDP dan IPB Training dalam pengembangan
sumber daya manusia sawit yang profesional dan siap menghadapi tantangan industri ke depan. (imj)