Komunikasi Terputus di Banyak Titik, Diskominsa Aceh Turunkan Starlink ke Lokasi Terdampak

 

“Di Takengon dan beberapa titik lain, kita rencanakan bantu dengan Starlink. Tujuannya adalah satu, saluran komunikasi di posko tidak mati. Kita harus tahu perkembangan di sana, kita harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat,” jelas Edi.

BERITA RAKYAT ACEH | Banda Aceh – Di tengah deru hujan yang belum benar-benar berhenti dan lumpur yang masih menutup banyak akses jalan, ada perjuangan senyap yang tak terlihat mata, menjaga aliran informasi tetap menyala bagi ribuan warga yang sedang berjuang di lokasi bencana.

Di balik layar, tim dari Dinas Komunikasi dan Persandian Aceh bekerja tanpa henti agar masyarakat tetap bisa terhubung dengan keluarga, relawan, dan pusat komando bantuan.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, DR. Edi Yandra, menyampaikan bahwa kondisi jaringan komunikasi saat ini masih sangat fluktuatif akibat pemadaman listrik yang terus terjadi di wilayah terdampak banjir dan longsor. “Ada lokasi yang tiga hari hidup, setelah itu mati lagi. Ada yang baru hidup sehari, lalu padam kembali. Situasinya berbeda-beda,” ungkapnya kepada AcehHerald.com, Jumat (5/12/2025).

Bagi masyarakat yang sedang berada di titik-titik pengungsian, satu bar sinyal atau satu kali sambungan telepon bisa berarti kabar keselamatan. Namun suplai energi menjadi penghalang terbesar. Edi menjelaskan, untuk sementara mereka mengerahkan semua upaya darurat, mulai dari distribusi minyak untuk menghidupkan perangkat pendukung jaringan hingga penempatan genset di beberapa titik. “Hari ini sedang dicoba apakah suplai darurat ini mampu bertahan,” katanya.

Upaya itu tidak selalu berjalan mulus. Ada yang berhasil, ada yang kembali padam. Tapi bagi petugas dan warga, setiap menit jaringan kembali hidup adalah harapan yang terasa nyata.

Melihat kondisi lapangan yang begitu dinamis, Pemerintah Aceh menyiapkan langkah lanjutan: mengerahkan internet berbasis satelit Starlink ke wilayah yang paling parah terputus komunikasinya. “Di Takengon dan beberapa titik lain, kita rencanakan bantu dengan Starlink. Tujuannya adalah satu, saluran komunikasi di posko tidak mati. Kita harus tahu perkembangan di sana, kita harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat,” jelas Edi.

Bantuan ini bukan hanya dari pemerintah. Ada kolaborasi luas dari berbagai pihak: komunitas, institusi, hingga vendor-vendor teknologi yang ikut turun tangan menyediakan perangkat darurat. Bagi mereka, menjaga komunikasi tetap hidup berarti menjaga alur evakuasi, memastikan distribusi bantuan tepat sasaran, dan memastikan tidak ada warga yang luput dari perhatian.

Meski tantangan masih besar, Edi menyampaikan harapan yang sama dengan ribuan warga Aceh yang kini terdampak: agar listrik segera normal dan jaringan komunikasi bisa pulih sepenuhnya. “Kalau listrik normal, komunikasi tentu ikut normal. Mudah-mudahan solusi yang kita coba hari ini berhasil dan jaringan tidak padam lagi,” ujarnya.

Di tengah bencana, aliran informasi bukan sekadar teknologi ia adalah penghubung kehidupan, penenang keresahan, dan jembatan antara harapan dan pertolongan. Pemerintah Aceh berharap ikhtiar yang sedang dilakukan dapat menjadi cahaya kecil yang menerobos gelapnya situasi darurat, hingga seluruh warga kembali mendapatkan akses komunikasi yang layak (Meuseuraya.id)