BERITA RAKYAT ACEH | Sabang – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-60 Kota Sabang berlangsung khidmat dalam Sidang Paripurna Istimewa DPRK Sabang, Selasa (24/6). Sekretaris Daerah Kota Sabang, Andri Nourman, menyampaikan pidato resmi mewakili Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sabang, yang sedang mengikuti orientasi kepemimpinan nasional.
Dalam sambutannya, Sekda menegaskan pentingnya kolaborasi dan semangat gotong royong untuk membangun Sabang yang lebih maju dan harmonis.
“Sudah saatnya kita semua lebih meningkatkan akselerasi untuk memajukan Kota Sabang pasca pemilihan kepala daerah serentak. Dengan semangat gotong royong dan kerja sama solid seluruh elemen masyarakat Sabang, saya yakin kita tidak hanya bisa mengatasi tantangan ini, tetapi juga menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia,” kata Andri Nourman.
Pada kesempatan tersebut, Sekda juga menyampaikan permohonan maaf dari Wali Kota Sabang, Zulkifli H. Adam, dan Wakil Wali Kota Suradji Junus yang sedang mengikuti kegiatan orientasi kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah tahun 2025 gelombang II, yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri dari 22 hingga 26 Juni 2025.
Dalam pidato yang dibacakannya, Sekda mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu mendukung visi dan program pembangunan Sabang ke depan. Pemerintah, kata dia, berkomitmen untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
“Kita semua optimis bahwa Kota Sabang menjadi kota yang kondusif, nyaman, dan maju. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengajak kita semua mengimplentasikan program pembangunan Kota Sabang yang telah kami tuangkan dalam visi Walikota-wakil Walikota Sabang masa bakti 2025-2030, yaitu mewujudkan Potensi Sabang Emas Dalam Bingkai Free Trade Zone,” jelasnya.
Mengangkat tema “Harmoni Dalam Keberagaman”, HUT ke-60 Kota Sabang juga menjadi momentum untuk memperkuat semangat persatuan. Dalam pidatonya, Sekda mengingatkan bahwa Sabang merupakan cerminan Indonesia dalam skala kecil, di mana masyarakat dari berbagai suku dan agama hidup berdampingan dalam kedamaian.
“Tema ini mengingatkan kita kembali bahwa Sabang adalah miniatur Indonesia. Masyarakat Jawa, Batak, Minang, Aceh, Tionghoa, dan berbagai etnis lainnya telah menyatu menjadi satu keluarga besar Sabang. Keragaman agama pun tidak menjadi penghalang, melainkan memperkaya khazanah spiritual seluruh masyarakat,” sebutnya.
Ia menambahkan, keberagaman harus terus dirawat sebagai kekuatan utama dalam membangun masa depan Sabang.
“Mari kita jadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun Sabang yang lebih baik, kita rawat terus harmoni dalam keberagaman yang telah menjadi identitas kita. Perbedaan suku, agama, dan budaya bukan untuk memecah belah, tetapi untuk saling melengkapi dan memperkaya,” tutupnya.