BERITA RAKYAT ACEH | Banda Aceh – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melalui UPTD Taman Seni Budaya menggelar acara temu karya se-Indonesia yang diikuti oleh 19 provinsi. Agenda tersebut menjadi ajang silaturahmi yang sangat penting antar daerah di Indonesia, sekaligus memberikan kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan mempererat tali persaudaraan dalam kebudayaan.
Kegiatan temu karya ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh setiap provinsi, serta mendorong kolaborasi antar taman budaya di seluruh tanah air.
Acara temu karya yang mengusung tema “Etalase Nusantara Titian Masa Kini Replika Masa Lalu” ini berlangsung di Halaman Taman Seni Budaya Aceh, yang dimulai pada tanggal 1 Desember dan akan berlangsung hingga 6 Desember 2024. Tema yang diusung menunjukkan bagaimana seni dan budaya Indonesia mampu menjembatani masa lalu dan masa kini, serta menggambarkan warisan budaya yang dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.
Tuan rumah kegiatan ini memang berbeda setiap tahunnya, dan tahun ini, Aceh mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia ke-23. Tahun lalu, acara serupa diselenggarakan di Jawa Barat, dan pada tahun 2025, Kalimantan Selatan akan menjadi tuan rumah selanjutnya.
Ketua Forum Taman Budaya Se-Indonesia, Ari Heriyanto, mengungkapkan bahwa acara ini memiliki peran penting dalam menjalin tali silaturahmi dan kekompakan antar taman budaya di seluruh Indonesia. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana untuk merayakan dan memamerkan hasil seni budaya, tetapi juga menjadi wadah untuk menyatukan berbagai daerah yang memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam.
Menurut Ari, tujuan utama dari acara ini adalah untuk mempublikasikan eksistensi taman budaya di setiap daerah kepada masyarakat luas serta memperlihatkan langkah nyata dalam merajut kebhinekaan Indonesia melalui budaya.
“Tugas kita tidak mudah karena di era globalisasi saat ini generasi muda kita memiliki peluang besar untuk terpengaruh oleh budaya asing. Kita harus memastikan agar generasi muda kita tetap mengenal dan mencintai budaya asli mereka, karena tanpa kesadaran ini, bisa jadi mereka lebih mengenal dan menyukai budaya asing ketimbang budaya lokal mereka sendiri,” ujar Ari Heriyanto dengan penuh harap.
Ia juga berharap agar kegiatan temu karya ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya, dan setiap kali acara ini dilaksanakan, akan semakin lebih baik dalam penyelenggaraannya serta semakin banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh seluruh peserta.
Selain itu, ia menekankan bahwa budaya dan seni memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa. “Saya atas nama forum taman budaya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tuan rumah yang sudah bekerja keras sehingga acara ini bisa terselenggara dengan baik. Tentunya, dukungan dari berbagai pihak sangat penting agar acara seperti ini bisa sukses dan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan seni dan budaya di Indonesia,” tambah Ari.
Kepala Disbudpar Aceh, Almuniza Kamal, melalui Kepala Bidang Pemasaran T. Hendra Faisal, juga menegaskan bahwa budaya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai identitas bagi masyarakat.
Budaya lahir dan berkembang melalui sistem yang memberikan jiwa dan makna bagi setiap masyarakat yang mengalaminya. Hendra menyebutkan bahwa, pada dasarnya, segala kebudayaan masa lalu adalah perwujudan aktivitas serta nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, dalam menghadapi tantangan besar dari arus globalisasi yang terus berkembang pesat, kita harus sadar bahwa budaya itu tidak hanya sekadar warisan, tetapi juga harus dilestarikan dan diberdayakan untuk tetap hidup dalam kehidupan modern yang cepat berubah ini.
“Pasca gelombang besar globalisasi yang mendorong perubahan besar dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kebudayaan, kita seringkali melihat bahwa banyak orang menganggap budaya sebagai sesuatu yang hanya untuk dipamerkan, bukan sebagai bagian dari identitas yang perlu dijaga. Hari ini, kita hidup dalam dunia yang serba cepat, dan kebudayaan seringkali dieksploitasi tanpa kesadaran bahwa budaya adalah cerminan dari identitas bangsa kita.
Oleh karena itu, kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan kita, bukan hanya sekadar menghadirkan kesenian, tetapi juga sebagai sebuah gerakan kebangkitan budaya yang dapat memberdayakan masyarakat,” ujar Hendra Faisal dengan tegas.
Ia menambahkan, seni dan budaya memang merupakan etalase peradaban bangsa yang mencerminkan kualitas serta karakter masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. “Lewat kegiatan temu karya ini, Disbudpar berharap taman budaya di Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk berfungsi secara aktif, bukan hanya untuk melestarikan seni dan budaya, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar, menjadikannya sebagai kekuatan yang bisa membawa perubahan positif bagi kemajuan bangsa,” kata Hendra.
Hendra menegaskan, kehadiran para tamu dari seluruh Indonesia di Aceh adalah sebuah kehormatan yang besar bagi tuan rumah. Di Aceh, terdapat adat istiadat yang sangat menjunjung tinggi rasa hormat terhadap tamu, salah satunya melalui tradisi “pemulia jame”, yang berarti memuliakan tamu dengan penuh penghormatan. “Bagi kami di Aceh, memuliakan tamu adalah sebuah kewajiban dan kehormatan besar. Dengan tradisi ini, kami berharap para tamu yang datang merasa dihargai dan diterima dengan sepenuh hati,” tutup Hendra Faisal.(*)