BERITA RAKYAT ACEH l Banda aceh – Sambal merupakan salah satu kondimen wajib dalam sepiring nasi. Apalagi untuk orang Aceh sambal selalu jadi andalan saat ingin memakan nasi.
Tia Ulfa yang merupakan owner sambal mamak, saat itu masih menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Aceh. Kala itu, ia sempat berjualan jamur crispy. “Dijamur crispy itu kita taruh sambalnya,” ucapnya.
Dari usaha kecil-kecilan itulah, banyak konsumen yang membeli produknya, kata Tia, ramai konsumen yang lebih tertarik dengan rasa sambal buatannya. Sehingga pada tahun 2018, ia akhirnya mulai fokus berjualan sambal.
“Karena itu masih kuliah jadi target jualan kita memang untuk mahasiswa,” katanya.
Sambal buatannya itu, laku terjual di wilayah Banda Aceh. Setiap harinya, ia memproduksi 200 cup sambal.
“Paling dikit kita produksi 100 sambal,” sebut Tia, yang merupakan pelaku usaha binaan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Aceh.
Untuk harga satu cup nya hanya 20 ribu saja. Dan sangat terjangkau untuk dinikmati oleh mahasiswa. “Satu cup itu bisa sampai tiga kali makan,” katanya.
Kala itu, penjualan sambal makin meningkat, namun sayang pada saat Pandemi Covid 19 harga cabe dan bahan pokok lainnya mulai merangkak naik. Hingga akhirnya Tia menutup usaha sambal miliknya.
“Jadi cabe pada Covid mahal, terpaksa kita tutup dulu,” ucapnya.
Kata Tia hampir empat tahun usahanya tutup, Tia berniat membangun usahanya kembali dari nol. Dalam beberapa bulan kedepan sambal buatannya akan dijual kembali.
“Memang konsumen kita ramai, untuk membuka kembali agak berat karena harus cari pelanggan lagi, dan juga kita terkendala modal, mudah-mudahan bisa buka kembali di beberapa bulan kedepan,” jelasnya.(*)