BERITA RAKYAT ACEH l Banda Aceh – Pemerintah Aceh melalsu Dinas Syariat Islam berupaya memberikan pembinaan keimanan kepada para .muallaf di Aceh terutama diawal- awal dengan memberikan pembekalan dan pelatihan.
” Pembinaan terhadap muallaf di Aceh belum maksimal karena anggaran yang tetbatas. Namun kedepan terus berpaya dengan memasukkan anggaran pembinaan muallaf dalam RPJM 2025- 2029.
Bahkan tahun ini sudah memasukkan persoalan muallaf ini dalam RPJM daerah”.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh Zahrol Fajri, S.Ag., MH.di Banda Aceh Senin ( 26/8/2024) melalui Kabid Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Da’i Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh, Dr. Fikri Bin Sulaiman Ismail, Lc, MA.
Dengan masuknya di RPJM 2025-2029, tambahnya, bisa menjadi dasar untuk diberikan anggaran.
Pembinaan muallaf masih lemah dan memprrihatinkan, seperti diungkapkan Fikri ketika ia ke Pulau Banyak di Kabupaten Singkil, Ia menerima keluhan bahwa banyak muallaf ( yang baru masuk Islam) tapi tidak ada pemberdayaan.
” Mereka dimusuhi oleh keluarga, bagaimana ini seterusnya, apalagi ini diserahkan ke kabupaten, anggaran mereka defisit, jadi memang harus ada perhatian khusus”, tandasnya
Diakuinya, tupoksi penanganganan muallaf di Aceh belum terlalu jelas, masih terpecah-pecah ditangani Dinas Syariat Islam dan Baitul Maal Aceh.
” Kalau yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi itu umumnya di Baitul Maal. Contohnya kalau orang yang baru bersyahadat, ada bantuan awal bisa dimintak di Baitul Maal, lupa berapa jumlahnya, untuk membeli sajadah atau mukena. Kalau di Dnas Syariat Islam, walaupun belum jelas terinci dalam Pergub, tapi asumsi kami yang lain-lain selain pemberdayaan ekonomi, misalnya pembekalan untuk memperkuat iman mereka diawal-awal itu ada di ranah Dinas Syariat Islam”, terang Fikri lagi.
Ia menyebutkan, selama ini belum menjadi fokus karena berbagai sebab, keterbatasan anggaran, data yang belum lengkap, karena kita baru mulai mendata ini dari dua, tiga tahun yang lalau, data sementara ada 85 muallaf dari 6 kabupaten terpencil dari data da’i perbatasan yang ditempatkan DSI Aceh, tambahnya.
” Namun demikian tahun lalu ,2023 kita juga sudah memberikan pembekalan melalui pelatihan kepada 25 orang muallaf”, kata Fikri yang didampingi dua Kepala Seksi, Rakhmat Juhari dan Zuflinar Dewi.
Sekarang banyak kasus di daerah-daerah, tambah Fikri, kadang-kadang muallaf melakukan syahadat itu hanya untuk motif tertentu.
” Ini kasuistik sifatnya tidak bisa kita generalisasi. Ada satu, dua, tidak punya data yang valid apakah yang bersangkutan masih menjadi muallaf atau sudah kembali ke daerahnya, hanya mecari bantuan dan masuk lagi ke agama sebelumnya”, kata Fikri.
Dikatakannya, yang dilakukan DSi saat ini mencari sebanyak mungkin data yang ada, terutama sekali dari para da’i perbatasan, mereka da’i kontrak dibawah DSI Aceh.
” Itu selalu kita himbau kalau ada yang disyahadatkan supaya datanya dikirim ke kita di dinas. Cuma masih terbatas dan terus kita telusuri lagi “, terangnya.
Fikri menjelaskan pihaknya selalu bekerja sama dengan mengupdate data ini ke Baitul Maal. Supaya mereka juga terbantu, karena Baitul Maal, bukan hanya memberikan bantuan pertama tadi tapi juga mereka punya program, misalnya, tahun untuk memberdayakan muallaf sekian orang, secara ekonomi membantu modal usaha.
” Dengan adanya data dari kita yang lebih valid mereka juga terbantu”, urai Fikri.(*)