Kisah Mahasiswa Aceh di Tengah Konflik Sudan, Suara Peluru Berasa di Atas Kepala

TIBA DI ACEH-Mahasiswa Aceh tiba dari Sudan di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar, Rabu (3/5). | FOTO: RAKYAT ACEH/ARDIYAN SYAHPUTRA

BERITA RAKYAT ACEH l Jakarta – Perang di Sudan antara pasukan tentara Sudan dengan para militer sejak 15 april 2023 hingga sekarang mengakibatkan WNI maupun mahasiswa yang menuntut ilmu di negara tersebut harus dievakuasi. Termasuk mahasiswa asal Aceh juga ikut dipulangkan ke Aceh, Rabu (3/5).

Ketua Kumpulan Mahasiswa Aceh (KMA) di Sudan Teuku Muhammad Raziq Hilli mengatakan kepada Harian Rakyat Aceh, titik perang sejak hari Sabtu 15 april 2023 dini hari, sekitar lebih kurang pukul 09.00 waktu Sudan melibatkan dua belah pihak di negara tersebut bertikai.

 

“Alhamdulillah mahasiswa dan WNI di Sudan dalam keadaan aman hingga tibanya waktu dievakuasi. Pada saat belum dievakuasi untuk berkomunikasi antar sesama mahasiswa dan juga organisasi serta juga dengan pihak KBRI selalu kami upayakan.”

 

Raziq juga mengatakan, pada saat masih di Sudan, dari dua belah pihak dari militer dan para militer mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak keluar rumah.

“Sejak hari pertama PKBRI sudah mengimbau seluruh WNI dan mahasiswa untuk tidak keluar rumah dan selalu tetap di rumah dan menghindari jendela atau daerah rawan lainnya ataupun atap rumah. Suara peluru senjata berasa di atas kepala,” katanya.

Dikatakan Raziq, titik pusat perang di Khartiloum, Kota ini berdampingan dengan tempat mahasiswa tinggal dan juga kampus tempat meraka belajar, jadi banyak mahasiswa dan WNI yang terus terdampak dari akibat perang tersebut.

 

“Di hari pertama terjadinya perang, belum adanya peralatan berat dipakai kedua belah pihak. Namun pada hari kedua banyak pesawat tempur dan helikopter beterbangan, sehingga terus memanas,” katanya.

 

Ia mengatakan, sebelum dievakuasi, kekeluargaan mahasiswa Aceh Sudan sudah mengkoordinasi seluruh anggotanya dan mendata semua anggota masih di Sudan dan alamat tempat mereka tinggal, untuk memberikan informasi lebih lanjut ke pihak pemerintah ataupun pihak yang lain yang membutuhkan.

Baca Juga:  BPPA Bekali Masyarakat Aceh Perantauan Ilmu Jurnalistik

Selanjutnya kata Riziq, sebelum dievakuasi, pihaknya di Sudah sangat khawatir dengan keselamatan mereka, mengingat sekitaran pukul 6 pagi waktu Sudan terdengar beberapa letupan suara senjata peluru kaliber cukup dekat dengan tempat berkumpulnya titik WNI.

 

“Apabila dalam waktu dekat pada saat itu belum adanya gentatan senjata, maka akan dipastikan persediaan untuk mahasiswa akan menipis, berhubung juga toko-toko ataupun yang menjual kebutuhan mereka semuanya tutup dan bisa dipastikan tidak bisa akan bertahan lama,” katanya.

 

Hal senada juga dikatakn Rahmad Maulana, asal Lamlo, Kabupaten Pidie.
“Alhamdulillah kami sudah tiba di Aceh,” ujar Rahmad kepada Rakyat Aceh, Rabu (3/5/).

Rahmad tiba di Aceh bersama empat orang rekan mahasiswa lainnya setelah menempuh penerbangan via Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta.

Rahmad bersama empat rekannya adalah kloter terakhir yang dipulangkan ke Aceh. “Dari Jeddah, kami ada delapan orang, lima pulang ke Aceh, dua memilih bertahan di Jakarta dan satu orang lain ke Medan,” terangnya.

Di Sudan, alumni Pesantren Modern Al-Manar, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh tersebut berkuliah di Universitas Internasional Afrika. “Sekarang saya sedang menempuh kuliah akhir semester 7, mau masuk semester 8,” kata Rahmad.

Saat terjadinya serangan udara, tank dan altileri di Ibu Kota Sudan, Khartoum, Ramadan lalu, Rahmad mengatakan bahwa dirinya sedang melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi.

Dirinya mengaku tidak bisa kembali lagi ke Sudan, padahal sudah membeli tiket pesawat. Setelah mengupdate informasi tentang kondisi Sudan dari rekan-rekannya, akhirnya melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), di Khartoum untuk kembali ke Aceh.

 

Dirinya mendapati informasi jika kondisi di Sudan tidak lagi kondusif. Suara dentuman tembakan dan serangan mortil di kawasan kampus membuat para mahasiswa sangat ketakutan.

 

Baca Juga:  Pj. Gubernur Aceh Hadiri Rapat Terbatas bersama Presiden

Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Akkar Arafat dalam keterangannya, Senin (1/5/2023) mengatakan, pemulangan tersebut difasilitasi sepenuhnya oleh Pemerintah Aceh.

“Ini sesuai perintah Achmad Marzuki Penjabat Gubernur Aceh, hingga tiba di kabupaten/kota tempat mereka berasal,” ucap Akkar.

Ia menyebutkan total ada 26 orang yang terdata dan terbang melalui Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten pada Senin 1 Mei 2023.

Adapun ke-26 itu terdata dalam kloter pertama, sementara masih ada 2 kloter lagi yang akan tiba di Indonesia dengan total keseluruhannya masayrakat asal Aceh sekitar 57 orang.

“Nanti setelah kita jemput dari Asrama Haji Pondok Gede, kita akan bawa ke Mess Aceh untuk kembali didata dan dipulangkan ke Aceh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *