Aceh Lon Sayang Bermoral, Bermartabat dan Berbudaya untuk Aceh Mulia Bag – 2
BERITA RAKYAT ACEH l Banda Aceh – Moral Bangsa Aceh – Antara Warisan dan Tantangan “Mate aneuéuk meupat jeurat, mate adat hana meupat tamita.” (Pusaka dan Khasanah Aceh)
“Moralitas bangsa adalah cermin dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakatnya. Aceh, yang dulu dikenal dengan keteguhan moral dan etika yang tinggi, kini harus menghadapi tantangan besar untuk kembali menemukan jati dirinya. Moral yang kokoh adalah tiang penyangga bagi martabat dan budaya Aceh yang mulia.”
1.1 Moral Bangsa Aceh: Antara Warisan dan
Krisis Nilai Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekkah, memiliki sejarah panjang yang penuh dengan kebanggaan. Dalam catatan sejarah, Aceh bukan hanya dikenal sebagai tempat di mana Islam berkembang dengan pesat, tetapi juga sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai moral dan adab dalam kehidupan sosialnya.
Keberanian, kejujuran, dan semangat untuk
menjaga martabat bangsa menjadi nilai yang terus hidup dalam masyarakat Aceh.
Namun, seiring berjalannya waktu, nilai-nilai luhur tersebut mulai mengalami degradasi. Krisis moral yang kini melanda generasi muda Aceh semakin mengkhawatirkan. Fenomena narkoba, pergaulan bebas, dan rendahnya etika sosial menjadi masalah besar yang semakin berkembang di kalangan pemuda Aceh. Hal ini menjadi tantangan berat dalam mempertahankan identitas moral dan martabat Aceh yang telah diwariskan sejak zaman dahulu.
Saya menyaksikan perubahan ini dengan mata kepala saya sendiri. Di masa kecil saya, pengajian agama dan kegiatan keagamaan berlangsung secara rutin di balaibalai kecil yang ada di setiap desa. Anak-anak belajar agama, mengaji, dan memahami akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tradisi ini semakin hilang seiring dengan berkembangnya zaman, terutama setelah konflik yang menguras banyak sumber daya manusia dan merusak banyak tatanan sosial di Aceh.
Generasi muda saat ini tampaknya kehilangan arah dan pegangan moral. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang memadai dan terjerumus dalam pergaulan yang merusak. Hal ini mengancam masa depan Aceh yang seharusnya dapat tumbuh menjadi daerah yang tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan moral dan etika.
1.2 Pemuda Aceh dan Tantangan Degradasi Moral Pemuda Aceh adalah generasi penerus yang seharusnya menjadi harapan bangsa. Mereka adalah tulang punggung yang akan mengarahkan Aceh ke masa depan yang lebih baik. Namun, tantangan yang mereka hadapi saat ini sangat berat. Krisis moral dan identitas yang melanda pemuda Aceh semakin memperburuk keadaan. Banyak dari mereka yang terlibat dalam masalah narkoba, pergaulan bebas, dan kecanduan teknologi yang mengarahkan mereka pada kebingungan identitas.
Selama menjalani tugas saya sebagai Pangdam Iskandar Muda, saya sering kali turun langsung ke lapangan dan bertemu dengan para pemuda di berbagai desa. Saya melihat bahwa mereka cerdas dan penuh semangat, namun tidak memiliki bimbingan yang cukup untuk mengarahkan potensi besar mereka ke jalur yang benar. Mereka hidup dalam lingkungan yang kurang kondusif dan memiliki keterbatasan akses terhadap pendidikan karakter yang baik. Dengan adanya situasi ini, saya merasa sangat penting untuk melibatkan diri dalam memberikan pendidikan moral dan membangun kembali karakter pemuda Aceh.
Program-program seperti Manunggal Subuh dan Manunggal Santri yang saya inisiasi, bertujuan untuk mengajak pemuda kembali ke masjid, membangun kembali kultur pengajian di desa, dan memperkenalkan kembali nilai-nilai akhlak yang mulai hilang. Melalui pendekatan yang bersifat edukatif dan penuh kasih sayang, saya berharap bahwa syariat Islam dapat diterima dengan hati yang terbuka oleh masyarakat Aceh, tanpa adanya pemaksaan. Pemuda Aceh perlu memahami bahwa moral yang baik adalah dasar untuk membangun sebuah bangsa yang kuat dan terhormat.
“Sesungguhnya di antara kalian semua, yang paling aku cintai dan paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik